Hari itu adalah hari-hari
musim liburan anak sekolah. Tempat-tempat hiburan dan tempat piknik otomatis
dipenuhi anak-anak ingusan yang merengek dan berkeringat. Tidak terkecuali di
sebuah gedung satu lantai yang terletak di sebuah pusat kota.
Bioskop.
Apapun yang terjadi (kecuali
saat sudah tutup) gedung ini selalu penuh. Dari anak-anak sampai para manula
sekalipun akan menampakkan batang hidungnya di sana. Walaupun semua mengeluh
saat harus mengantri tiket, mereka tetap melakukannya tanpa kenal lelah seolah
tiket itu adalah tiket naik pesawat penyelamat saat terjadi bencana di bumi.
Beruntung karena mas-mas dan mbak-mbak dengan senyuman manisnya telah menanti
di stan penjual makanan di samping mereka.
Dan siang itu, sama
seperti siang kemarin dan kemarin dan kemarinnya lagi. Tepatnya beberapa minggu
ini saat anak-anak sekolah mulai memasuki musim liburan dan film-film musim
panas mulai menyerbu bioskop. Antrian pengunjung mulai mengular dengan
dahsyatnya. Musim panas yang berarti suhu udara di atas batas kenyamanan manusia
membuat orang-orang menyerbu bioskop yang adem.
Golem dan Timo pun
tidak ketinggalan turut memikirkan hal yang sama. Ditambah kedahsyatan The
Amazing Spiderman 3D yang terus-terusan menggoda lewat trailer-nya yang
muncul di televisi membuat tekad mereka semakin kuat saat mereka berdiri di
ujung antrian yang sudah mengular sampai di pintu masuk gedung bioskop.
Keduanya dengan sabar
tetap mengantri sambil bercerita ditemani sekantong popcorn manis untuk
menambah tenaga. Setelah mengantri selama lebih dari tiga puluh menit, mereka
akhirnya sudah tiba di urutan depan antrian. Tinggal dua pasangan lagi dan
mereka akan mendapatkan yang mereka inginkan.
Timo dan Golem
semakin tidak sabar. Penantian mereka akhirnya segera berakhir. Tinggal
sepasang anak yang sepertinya masih anak SMP sedang memilih studio. Timo tidak
sanggup menahan seringainya lagi. Sedikiiit lagi. Ia kemudian melirik ke pintu
masuk bioskop tempatnya berdiri sekitar tiga puluh menit yang lalu.
"Lem! Itu Si
Hanoman anak kampus seberang kan!" Timo menyenggol Golem disebelahnya dan
menunjuk Si Hanoman dengan dagunya.
"Haha! Turun
gunung juga tu orang," Golem menanggapi dengan senyuman menyebalkan
menatap Si Hanoman. Yang ditatap sadar dan mengerahkan tatapan menusuknya pada
dua makhluk yang sedang menggosipkannya. Kekuatan sudah di antrian nomer dua
dari depan membuat Timo dan Golem menyeringai lebar pada Hanoman di urutan
nomer dua dari belakang. Kemudian samar-samar terdengar suara tawa kejam
keduanya membuat Hanoman di seberang ruangan mengepalkan tangannya kuat-kuat,
menahan emosi agar tidak melemparkan pot tanaman yang berdiri di sebelahnya.
Lalu..
Dua anak SMP itu pun
dengan bahagia meninggalkan konter sambil melambai-lambaikan enam lembar tiket
The Amazing Spiderman 3D. Timo dan Golem pun dengan seringai penuh kemenangan
maju menuju konter.
Di konter, Si Mbak
penjual tiket sedang menunduk menuliskan sesuatu, lalu ia memasukkan tulisannya
pada sebuah papan dan meletakkannya di atas konter.
"Studio berapa,
Mas?" tanya Si Mbak kemudian dengan senyuman merah manisnya. Timo dan
Golem loading sebentar. Kombinasi antara posisi tertinggi di puncak antrian,
kerennya Spiderman berayun di monitor yang menempel di belakang konter tiket
ditambah senyuman manis Si Mbak tiba-tiba mengacaukan sistem otak mereka
bagaikan serangan virus trojan.
"Eh?" Golem
sadar duluan. "Studio 1, Mbak!"
"Untuk hari
apa?" tanya Si Mbak kemudian.
"Eh?" Golem
dan Timo pun kompakan bingungnya. Si Mbak dengan pemahaman seorang petugas
penjual tiket bioskop profesional langsung melambaikan tangannya dengan
indahnya ke arah papan yang baru saja diletakkannya di atas konter.
'TIKET
THE AMAZING SPIDERMAN UNTUK HARI INI DAN BESOK HABIS'
Perlu beberapa detik
untuk membuat dua orang itu paham.
"HAAAAA?"
seru Golem dan Timo bersamaan. Wajah mereka langsung kelihatan seperti habis
kalah taruhan sebesar satu milyar.
"Pfffftt.."
Timo dan Golem otomatis menoleh mendengar suara tawa tertahan menyebalkan itu.
Yeah! Arahnya dari antrian nomor dua dari belakang di pintu masuk gedung
bioskop. Tepatnya Sang Hanoman.
Seringai lebar
menyebalkan membentang di wajah Hanoman seolah berkata "KASIAAAAANNN!
Kalian berapa jam berdiri di situ? Akhirnya nggak dapet tiket juga. Aku kan
baru datang!"
Seolah tidak cukup,
dua kroni Hanoman pun turut menyumbangkan seringai menyebalkannya. Bahkan ada
yang tidak mau repot-repot menyembunyikan suara tawa mengikik-nya yang
menyebalkan sambil menunjuk-nunjuk Golem dan Timo.
Timo dan Golem pun
panas.
"Sebentar,
Mbak!" kata Timo pada Si Mbak. Sebelum Timo dan Golem mulai berdiskusi
'enaknya apa yang harus mereka lakukan dengan situasi genting itu', Si Mbak
melambaikan tangannya meminta pengantri di belakang Timo dan Golem maju.
"Gimana,
Tim?"
"Hanoman
sialan!"
"Woy! Kita jadi
nonton nggak nih? Tiketnya udah habis sampe besok!"
"Nonton lah! Gak
peduli tiketnya buat kapan yang penting kita pegang tiket! Gua gak tahan liat
tampang Si Lutung Kasarung cengengesan kaya gitu!" Timo makin panas
melihat Si Hanoman semakin menjadi-jadi.
"Ya udah. Lusa
nih?" Golem menutup rapat dadakan. Kemudian Si Mbak memanggil mereka lagi.
"Maaf, Mas. 5
tiket terakhir buat lusa baru saja dibeli," kata-kata Si Mbak penjual
tiket bagaikan pukulan maut di wajah Timo dan Golem. Di seberang mereka, mereka
bisa mendengar dengan amat jelas sebening sound system di dalam bioskop,
suara tawa Hanoman dan para wanara.
Timo langsung meraup
popcornnya dan melempari Hanoman dkk dengan emosi.
"Woy, Tim!
Popcorn gua! Udahlah kita nonton Ice Age aja!" Golem berusaha menenangkan
Timo. Si Mbak malah sama sekali tidak membantu.
"Ice Age studio
3 yang tersisa tinggal untuk jam 19, kursi depan,"
Tawa Hanoman dkk
makin menjadi-jadi. Akhirnya hujan popcorn-pun tak terelakkan lagi.
"Aoww!"
seru Hanoman. Sebungkus permen tergeletak tak berdaya di depan kaki Hanoman,
sang permen telah dengan sukses membentur dahi Hanoman dengan kecepatan 20
meter per detik. Mata Hanoman menancap pada Timo dengan ganasnya. Sebelah
tangan Hanoman meraih pot tanaman di sebelahnya. Buah apel plastik kecil mulai
terlepas dari cabangnya kemudian melayang menyebrangi jarak antara Hanoman dan
Timo dan akhirnya mendarat di belakang kepala Golem yang sedang berpikir sambil
memilih kursi.
"AOWW! Apa
sih?" seru Golem berbalik sambil mengusap belakang kepalanya dan menemukan
Hanoman beserta kroninya mengangkuti batu-batu mainan di pot untuk dilemparkan
ke arahnya. Dengan gesit Golem menghindar, tetapi batu menghantam kepala
pengantri yang lain. Golem menyambar hiasan kecil di atas konter dan
melemparkannya ke arah Hanoman dkk.
Seorang pria
berpakaian hitam-hitam rapi sekuriti bioskop langsung berlari ke tengah
bencana.
"MAS! MAS!
TOLONG YA.." PAKKK!
Sandal oranye berhak
lima senti menghantam wajahnya dengan indahnya.
"WUOY!"
teriaknya tenggelam dalam banjir umpatan dan suara mengaduh. Tiba-tiba lobi
depan gedung bioskop itu sudah dipenuhi para pengantri yang saling lempar dan
dering nyaring alarm tanda bahaya.
Mbak petugas penjual
tiket sudah bersembunyi dengan aman di belakang konter di bawah meja sambil
memegangi gagang telepon untuk panggilan darurat. Kurang dari lima menit
truk-truk polisi sudah terparkir di depan gedung bioskop dan lusinan pasukan
anti huru-hara dengan senapan-senapan dan tameng mereka sudah mengepung gedung bioskop.
Lalu hanya dalam
hitungan detik, mobil-mobil stasiun televisi pun mulai berderet di depan gedung
bioskop..
Siang hari di tengah
musim panas, di tengah liburan anak-anak sekolah yang indah, sebuah breaking
news menghentikan acara-acara di televisi.
"Kekacauan
di sebuah gedung bioskop karena antrian Ice Age 4: Continental Drift dan The
Amazing Spiderman menggila."
=======TAMAT=======
Notes:
-
Hanoman: masih ada yang nggak kenal Hanoman? Dia adalah kera putih dalam kisah
Ramayana dan Mahabarata.
-
Wanara: bisa juga disebut sebagai manusia kera, spesiesnya Hanoman.
-
Lutung Kasarung: jangan sebut dirimu orang Indonesia kalau nggak kenal tokoh
yang satu ini. Lutung Kasarung adalah putra Sunan Ambu dari kayangan yang
dibuang ke bumi dalam bentuk seekor kera.