Sore itu, aku masih bisa mengingatnya dengan jelas. Saat itu matahari masih bersinar cukup terang. Mataku terhenti saat menatap halaman. Musimnya sudah berakhir tetapi para bulu babi masih tersebar di halaman. Aku mengeluarkan aura membunuh saat menatap mereka, berharap mereka akan mengeluarkan kaki dan berlarian meninggalkan halaman. Tetapi mereka tetap diam di tempat mereka karena itu semua hanyalah imajinasiku.
Akhirnya dengan kekuatan seorang manusia yang baru saja menghabiskan sepiring nasi goreng dan dua potong roti bakar isi mesis coklat, daku berjuang mengumpulkan mereka yang tersebar di halaman. Setelah para bulu babi terkumpul, diriku mulai membakar mereka dengan api kebesaran! Namun, saat kupikir mereka mulai menyerah kepada maut, serangan itu terjadi.
Sebuah ledakan kecil muncul mengawali ledakan-ledakan kecil lainnya yang mulai bermunculan dari dalam onggokan bulu babi yang terbakar. Dan salah satunya berhasil menyerang diriku! Dengan geram kutumpahkan minyak ke atasnya dan mereka kembali terbakar dengan hebatnya. Tetapi rupanya bukan hanya ledakan yang mereka rencanakan. Hanya sebentar api berkobar, kemudian api mulai menghilang dan asap mulai menebal mengejar diriku.
"Tidaaaaaak!!! Ini salah kalian yang memenuhi halaman! Kalau kalian memang tidak ingin dimusnahkan seperti ini, jangan pernah datang!" Diriku mencoba bernegosiasi, tetapi apa daya. Mereka tidak mampu mendengar suaraku ataupun mengerti bahasaku. Karena mereka hanyalah bulu babi yang sekarat dan menuntut balas. Akhirnya daku berlari meninggalkan mereka yang sekarat. Entah siapa yang mereka serang berikutnya.
Mungkin tetangga yang juga sedang memburu bulu babi di halamannya.
PS: Bulu babi adalah rambutan yang sudah mengering dan berubah warna menjadi hitam bagaikan bulu babi :D